Monday, February 21, 2011

Hormon Membaca

Sejak kecil saya suka banget baca buku cerita, entah itu sumbernya novel, majalah mingguan maupun majalah untuk orang dewasa dan berbahasa jawa sekalipun (hayo siapa yg masih mengenal majalah berbahasa jawa "Penjebar Semangat dan Jaya baya"). Mungkin karena gak bebas bermain, dan hanya diperbolehkan main di jam jam terntentu saja oleh ibu saya membuat saya hobi banget baca. Dan mungkin ini diturunkan dari ruh kakek dan bapak saya. Saking saya punya penyakit akut dengan membaca cerita, ibu saya melarang saya membaca cerita sebelum tidur, ini pun membuat saya tidak kehilangan akal, percaya atau tidak di bawah kasur saya selalu menyembunyikan beberapa buku cerita ataupun majalah. Dan kelak setelah saya beranak pinak saya baru tahu kalau ternyata ibu saya mengetahui perbuatan saya ini dari cerita beliau.

Sejak lahir sampe SMP saya tinggal dengan kakek dan nenek saya dari pihak bapak. Kakek saya adalah salah satu veteran pejuang 45, dari beliaulah saya menyukai dongeng dan cerita dan membaca , maklumlah namanya jg pensiunan tentara, jadi praktis sehari hari yg beliau lakukan adalah membaca dan bekisah demi membunuh waktu luang.

Dan tempat beliau bisa menumpahkan uneg unegnya atas kisah kisanya ya cucunya yg saat itu seringkali khusyu mendengar cerita cerita beliau bahkan "nagih" untuk minta suatu cerita.. Diantara ke-5 orang cucunya , saya adalah cucu tertua sekaligus cucu yg paling khusyu mendengarkan cerita cerita perjuangan beliau. Bahkan beliau mengisahkan cerita perang saat melawan penjajahan jepang, memakai baju karung goni , digigit kalajengking sampe hampir mati dan mengangkat bedil melawan penjajah dan kisah puncaknya PD II dimana desa saya saat itu hampir dibumihanguskan dan di bom. Dan tentunya seiring bertambahnya umur saya, beliau jg menceritakan jaman revolusi termasuk jaman tahun 1965.

Karena beliau suka wayang kulit, jangan heran kl hal tersebut menular ke saya meskipun sedikit. Jadi sedikit banyak saya tahu cerita pewayangan, dan percaya atau tidak , waktu kecil saya suka nonton wayang kulit meskipun gak sampe tuntas karena tidak kuat menahan kantuk.

Semuanya itu disempurnakan dengan koleksi buku - buku kakek yang jumlahnya 1 lemari 2 pintu. Full isinya buku semua. Dan semuanya pernah saya baca saat saya SD. Mulai dari Biografinya Mouamar Khadafi dan Roosevelt maupun JF Kennedy. Psssttttt saya pernah baca buku yg terselamatkan dari razia tentara dimana orang yg menyimpan buku itu dianggap subversif. Edan.

Saya familiar dengan buku buku politik milik kakek saya dan juga novel novel jaman dulu yg ejaannya pun masih menggunakan ejaan lama. Dimana buku ato novel jaman dulu dicetak diatas kertas yg tebal dan buram. Kelak cita cita saya , saya ingin mengumpulkan seluruh koleksi buku dari kakek saya. Mudah mudahan masih banyak yg masih terselamatkan.

Seluruh pengalaman masa kecil saya itu kelak membuat saya doyan banget baca apa saja. Apa saja, bacaan anak sampe bacaan dewasa, mulai dari novel piciisan maupun biografi .

Padahal sebelumnya semua novel dari yg picisan karya freddy S mapun novel fiksi ilmiah semacam karya michael crichton sepert Congo saya lalap habis.Sampai kelak saya mengalami titik jenuh saat hamil Alya. Saya enggan baca buku sama sekali. Mogok .

Terakhir sekitar 2 th yg lalu saya baca novel "The Name Of The Rose" novel yang berbau historical yg ditulis oleh Umberto Eco. Dan entah kesambet apa tiba tiba akhir - akhir ini saya menyukai membaca novel lagi. "Perempuan Kembang Jepun" awalnya dan kali ini saya kesengsem parah sama tulisan Ayu Utami, meskipun dulu sempat membaca "Saman" tidak sekagum ini dengan Ayu Utami. Karya Ayu Utami berjudul "Bilangan Fu" dan "Manjali & Cakrabirawa "sungguh membuat saya tak melewatkan barang sedetikpun membunuh waktu luang disela sela sepulang kerja, mengerjakan pesanan tumpeng dan mengangar tumpeng serta tentu saja menemani anak anak.

Membaca tulisan Ayu Utami rasanya seperti mengikuti pusaran bahasa sastra yang tiada habisnya. Sungguh pengalaman membaca karya sastra yg padat dan memperluas batas cakrawala bahasa sastra saya.

Perubahan drastis itu tentu saja dibaca dengan jeli oleh Alya dan Asha. Kalau Asha hanya sekedar suka membawa novel novel tebal dan sesekali membukanya dan sekedar tahu ini milik mama. Sedangkan Alya sudah mulai tergelitik apa gerangan yg membuat sang mama jd autis dan ditemani buku dimanapun berada.

"HAH...monster-monster, Tuyul, Kubur Kosong, Hantu Cekik....mam..ini buku apa sih yang mama baca??" ucapnya sambil bergidik diantara keingintahuan dan kengerian.

"Psstttt...suatu saat kalo sudah besar, Alya boleh baca novel novel mama" ujar saya seraya tersenyum penuh arti ke Alya.

Hormon turunan kakek saya ini rupanya mengalir ke darah Alya dan Asha. Alya yg terakhir kemaren menyukai novel tulisan ringan kecil kecil punya karya, sekarang sedang belajar membaca serial 5 sekawan. Jangan ditanya deh minat baca Alya. Bisa gak bergeming kalau sedang membaca cerita.

Sedangkan Asha,jangan salah, dengan segudang koleksi buku sang kakak, 5 buku cerita masih masih kurang buat pengantar tidur Asha di setiap menjelang tidur siang dan malamnya, dan jujur ini dikelukan oleh pengasuh Asha,karena si mbak pengasuh ini yg ketiban sial baca buku cerita anak anak sampe mulutnya capek.

Arrgggggggg rupanya ruh membaca itu sudah mulai mengaliri saya lagi. Bedanya sekarang agak selektif dg jenis bacaannya. Gak semua doyan saya baca, yg berlatar sihir dan vampir tidak termasuk antusias pengen saya baca.

Diujung meja kerja saya terlihat "Ronggeng Dukuh Paruk, Hanzel & Gratel & To Kill a mockingbird yang masih terbungkus plastik " sudah menunggu untuk disantap

No comments: